Friday, May 7, 2021

Kenalan ama TBC

Jumpa lagi.. Aku bawa kabar kurang baik, aku kena TBC tapi jangan khawatir, kata dokter bisa sembuh kok asal berobatnya bener. Nah aku tulis disini ya ceritanya..

Sejak WFH aku sering batuk (berdahak), karena batuk itu emang penyakit langganan jadi aku ngga terlalu serius menanggapi, paling ke dokter minta obat, ntar kambuh lagi minum obat lagi. Cuma sekarang emang agak lama batuknya, mana ada sesaknya pula (padahal aku ngga pernah sesak nafas), aku sempet  lab 30 Juni 2020, ada kemungkinan alergi, karena IgE totalnya diatas 100. Sebenarnya awal Januari 2020 aku sudah sempet bikin janji dengan dokter THT di Eka, tapi aku batalin karena takut juga ke RS lagi jaman covid gini. Waktu berlalu masih batuk-batuk juga, sesaknya makin parah, aku jadi pake inhaler asma, karena lumayan ngebantu jadi legaan dan dahak jadi cepat keluar. Tapi batuknya ini makin menjadi, dan cukup mengganggu, terutama suamiku yang denger jadi risih, selain itu batuk ini bikin badanku berasa ketarik-tarik, sakit di dada, di punggung. Akhirnya aku niatin mau ke spesialis paru-paru, 24 April 2021 aku ke klinik Amira, mau minta rujukan ke dokter speasialis Paru, eh ternyata harus berobat dulu 3 kali, dokter nyuruh rontgen, tapi ternyata  ngga bisa di-cover mandiri inhealth di klinik harus konsul dokter spesialis, akhirnya dokter bilang kalau obat sudah habis (3 hari) nanti dikasih rujukan ke dokter spesialis untuk rontgen. Aku datang lagi hari rabu tanggal 28 April 2020, dapat rujukan ke dokter spesialis paru Eka Hospital, aku datang ke Eka Hospital, trus isi form skrinning Covid-19, karena ada batuknya aku dapat stiker merah, jadi harus ke poli ISPA (IGD) dulu, sama dokter konsul, harus rontgen dan cek darah lengkap, kasir IGD konfirmasi dulu ke inhealth bisa di-cover ngga? Nunggu 45 menit, inhealth acc, aku tes darah nunggu 1 jam, terus rontgen, hasil rontgen cepat, setelah 1 jam hasil tes lab darah keluar, dokter menjelaskan hasil rontgen menunjukkan kemungkinan TB, tetapi hasil tes darah tidak mendukung itu TB, untuk alergi juga bukan walaupun aku ada bakat alergi tetapi batukku itu bukan karena alergi, ada kemungkinan covid, karena ada kemungkinan covid, aku harus PCR dulu, konfirmasi lagi ke inhealth, nunggu 1 jam, inhealth setuju, aku tes PCR, hasilnya 24 jam. Kalau hasilnya negatif, aku disuruh tes lab tambahan, pemeriksaan dahak, supaya pas ke dokter paru udah jelas diagnosisnya. Kamis sore tanggal 29 April, aku telpon Eka Hospital, alhamdulillah hasilnya negatif. Jumat Pagi tanggal 30 April, aku daftar ke dokter paru sekalian tes lab, pemeriksaan sputum/dahak, selesai pendaftaran, ke lab ternyata sampelnya harus dahak pagi sebelum makan/gosok gigi, ya udah pulang ke rumah. Sabtu pagi tanggal 1 Mei aku kasih sampelnya ke lab, hasilnya 5 hari kerja. Kamis tanggal 6 Mei, aku telpon Eka Hospital, nanyain hasilnya sudah ada belum, ternyata sudah ada, langsung jumat tanggal 7 Mei aku konsul ke Dokter Paru dan hasilnya aku positif TBC, dokter memberikan semangat kalau TBC bisa sembuh jangan khawatir, aku diresepkan obat codipront cum exp caps, liverprime cap, dan pro tb 4 tab untuk 2 minggu, habis itu kontrol lagi. Kata dokter 2 minggu udah akan berasa enakan. Anggota keluarga yang lain harus diperiksa karena ada kemungkinan tertular. Habis minum obat  beberapa hari udah kerasa enaknya, yang pasti sesak jauh berkurang, kalau batuk masih ada, sakit di punggung juga udah ngga. Ada 2 obat yang ngga di-cover inhealth codipront dan liverprime totalnya 416.000. Petugas apotek menyarankan aku minum neurobion/vitamin saraf. Aku baca-baca dianjurkan untuk yang pengobatan TBC, ya udah aku beli juga. Hari senin tanggal 10 Mei suami dan anak-anak ke Eka hospital untuk skrinning TBC. Anesa ngga pake asuransi, Baran dan Rara pake inhealth, ke DSA Christine Natalia, suami ke spesialis paru sebelumnya minta rujukan dulu ke Amira. DSA menyarankan tes IGRA, kebetulan untuk tes mantoux antigennya lagi habis. Tes IGRA harus sebelum jam 11, hasilnya 3-5 hari, oleh karena itu anak-anak dapet obat pencegahan dulu. Nesa bayar 390ribu, sedangkan Baran dan Rara gratis. Papi cuma rontgen hasilnya paru-parunya normal, alhamdulillah ya Alloh, walau agak heran juga kok bisa normal padahal  suami asma, ngerokok dan penyitas covid 😅 suami juga gratis. Hari Selasa tanggal 11 Mei, jam setengah 8 ke eka lagi, anak-anak tes IGRA, Baran dan Rara konfirmasi dulu ke inhealth, nunggu 45 menit akhirnya inhealth acc, anesa ambil sambel duluan, lumayan banyak darah yang diambil, 3 tabung. Biayanya 1,2juta hiks lumayan ya. Habis itu giliran Baran dan Rara yang ambil darah, kalau Rara ngga ada masalah, anaknya pemberani. Baran ini yang udah nangis duluan, takut disuntik, 15 menit bujukin akhirnya dipaksa, alhamdulillah bisa juga diambil darahnya, kata bagian lab, hari Senin sore baru ada ada hasilnya, semoga negatif semua. Aamiin

Senin malam tanggal 17 Mei aku nelpon eka hospital, hasil lab anak-anak sudah ada. Selasa 18 Mei kontrol lagi ke DSA, hasil lab aku ambil pas antri pendaftaran. Dan hasilnya Nesa yang positif 😢 ya ngga heran juga, soalnya Nesa paling dekat ama aku, sering makan minum bareng, tidur bareng. Alhamdulillah Baran dan Rara negatif. Dokter menyarankan Nesa untuk rontgen, Baran juga rontgen bagian dada dan kepala karena batuk pileknya terus-terusan, hasil rontgen alhamdulillah paru-parunya normal semua. Anesa dapat tambahan obat (1 puyer 3 macam obat). Baran disarankan ke dokter THT karena kemungkinan penyebab batuk pileknya dari sinus. 1 bulan lagi kontrol semua, Baran dan Rara masih minum obat juga (1 jenis) karena dia masih tinggal bareng aku. Nesa berhubung ngga pake asuransi bayar 817ribu (obatnya murah, yang mahal dokter ama rontgennya), kalau Baran dan Rara alhamdulillah di-cover semua. 

Sabtu tanggal 22 Mei, aku dan Baran ke dokter lagi. Aku ke spesialis paru, bagian dagu kiri ada sedikit bengkak, mungkin karena aku lagi sering batuk, ngga ada komentar dari dokter. Dikasih obat lagi untuk 2 minggu, codipront cum exp caps, aerius tab, dan pro tb 4 tab. Baran ke spesialis THT, alhamdulillah sinusnya normal, jadi batuk pileknya dari alergi aja. Minggu ketiga, dada kananku sering sakit, pas nafas, batuk, ada sesak juga, bengkak di dagu sudah hilang. Minggu keempat agak lumayan reda sakitnya, tapi masih sakit, kenapa itu ya, apa salah urat aja gara-gara batuk.  

Sabtu tanggal 5 Juni, aku kontrol lagi, aku bilang dada kananku sakit, obatnya balik ke awal, dikasih codipront cum exp caps, liverprime cap, dan pro tb 4 tab untuk 2 minggu. Obatnya agak cocok nih, dada kananku agak berkurang sakitnya. Tapi aku heran dahaknya kok masih hijau kadang ke coklat, apa memang begitu. Aku juga sering sakit tenggorokan dan pilek.    

Lanjut ke sesi selanjutnya, biar ngga kepanjangan


Publikasi